Minggu, 08 November 2015

Kenali Penyakit Kanker di Museum Kanker Indonesia, Surabaya

Beliau ini yang rela mengantarku jalan-jalan di Surabaya. Makasih, Mbak Peny.... :D


Sebelum mengunjungi Museum Kanker Indonesia di Surabaya, tebersit rasa bangga. Amazing banget Indonesia mempunyai Museum Kanker Indonesia, museum kanker satu-satunya di dunia. Namun, setelah mengunjunginya dan mendengar penjelasan dari pemandu pengunjung museum, rasa bangga itu tergantikan oleh rasa menyedihkan.
“Kenapa cuma Indonesia yang punya museum kanker?” Begitulah pertanyaanku kepada pemuda, si pemandu museum.  Jawabannya sangat tidak kuduga. “Karena penderita kanker Indonesia banyak mengetahui penyakitnya setelah stadium akut. Jarang yang mau mendeteksi dini.”

Pantaslah kebanyakan stoples-stoples itu berisi jaringan-jaringan kanker stadium akut, yang telah diawetkan dengan cairan formalin, di antaranya adalah kanker payudara, kanker serviks, kanker usus, kanker paru-paru, kanker kelenjar getah bening, kanker ginjal, kanker otak, dan lain-lain. Di luar negeri sana, kesadaran untuk memeriksakan secara dini lebih tinggi. Berbeda dengan di Indonesia, yang kebanyakan cenderung mengabaikan gejala-gejala kecil penyakit kanker.

Sebab itulah, penyuluhan atau pengenalan tentang kanker ke berbagai elemen masyarakat sangat diperlukan, baik itu orang dewasa ataupun anak-anak. Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Jika dalam keluarga kita ada riwayat kanker, baiknya memeriksakan diri secara berkala. Tak terkecuali bagi yang tidak ada riwayat penyakit kanker. Selain faktor genetik, pola hidup dan pola makan juga bisa menjadi penyebab terjadinya kanker. 


Beberapa jaringan-jaringan kanker yang sudah diawetkan.

Museum Kanker Indonesia diresmikan pada tanggal  31 Oktober 2013. Museum ini bertempat di Jalan Kayun No. 16-18, Surabaya. Museum Kanker Indonesia menyatu dengan kantor Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW). Masuk ke museum ini gratis. Bahkan, pemandu museum sangat aktif dan ramah memandu dari awal hingga akhir.

Selain stoples-stoples yang berisi jaringan-jaringan berbagai jenis kanker, museum ini juga dijadikan sebagai pengenalan deteksi dini penyakit kanker. Dari bagaimana cara sarari (periksa payudara sendiri), proses pemeriksaan, dan pengobatan. Untuk sarari, disediakan replika payudara di sebuah kotak. Pengunjung tinggal memasukkan tangan dan menekan replika berbahan karet tersebut. Jika menemukan benjolan kecil seperti kelereng, itulah benjolan yang mengindikasi adanya kanker.


Meja kecil dengan tirai kuning itu berisi replika payudara.

Museum ini juga memuat sejarah peyakit kanker, khususnya pengobatan pada zaman sebelum Masehi. Saya hanya bisa meringis melihat gambar pembedahan tanpa bius oleh manusia zaman itu. Pengunjung juga bisa melihat sel prakanker lewat mikroskop.


Di sini, juga ada pelayanan pemeriksaan dan pengobatan.
Saya sarankan, kunjungilah Museum Kanker Indonesia ini sebagai sarana edukasi! Ajak keluarga dan sahabat Anda untuk deteksi dini. Buanglah jauh-jauh sikap tak acuh pada kondisi tubuh, apalagi ketakutan untuk periksa ke dokter. Semakin terdeteksi lebih cepat, penyakit kanker pun akan lebih mudah diobati. Kesehatan, kehidupan, dan kematian memang kuasa Allah. Tapi, menjaga dan merawat kesehatan adalah kewajiban kita sebagai makhluk.
Ini dia si pemuda pemandu museum. Sssttt... dia baru kelas 3 SMA, lho. Pengetahuannya tentang kanker jempol, deh! Tempelkan kata-kata penuh harapan, doa, dan motivasi di "pohon" ini. (y)
Oh, ya, ada keunikan di museum ini. Sebelum memasuki ruangan museum, ada etalase yang memajang beberapa buku tentang kanker. Nah, ada buku yang “nyempil” satu, yakni buku kumpulan puisi. Di dekat kantin, juga dipajang novel 3 ini 1 yang sangat unik. Keduanya karya pengelola yayasan. Pengelola yayasan dan museum ini ternyata sangat berjiwa seni. Ada jadwal pertunjukan seni dan sastra di setiap minggunya. Keren, bukan? Aih, kebetulan saya dan sahabat saya datang tidak di waktu yang tepat. Mudah-mudahan saya bisa ke Museum Kanker Indonesia lagi bersama sahabat-sahabat yang lain. ;)
Kover depannya lupa difoto.
Info lebih lengkap, baca di http://museumkankerindonesia.com/ atau silakan cari di Google. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar